Perempuan, Jodoh, dan Studi

by 10:29:00 0 komentar
Jodoh pasti bertamu, eh salah yaa bertamu atau bertemu, hihihi..

Kalau ngomongin jodoh memang nggak ada ujungnya, ngalir aja gitu. Apalagi kalau ketemu temen yang seumuran, belum kunjung datang jodohnya, dan dihadapkan pada pilihan yang bisa dikatakan rumit.

Ya, ketika usia sudah mencapai seperempat abad, rasa-rasanya seperti sedang ikut kompetisi bernyanyi ala X Factor atau Indonesian Idol. Mengapa begitu? Karena tiba-tiba semua orang, baik sodara maupun tetangga, pada nanyain kapan nikah? mana calonnya? dan sibuk komentarin hidup seorang gadis ini, :D

Menjadi perempuan memang gampang-gampang susah, sih. Apalagi kalau lulus kuliah tidak langsung bekerja, rasanya pengen pasang speaker keras2 di rumah biar komentar orang gak kedengeran. Kalau sudah bekerja, jangan pikir komentar itu akan lenyap. Justru semakin kencaaang, hwaaaaa...

Setelah sukses lulus dari kejaran deadline skripshit, berlanjut dengan kejaran kapan kerja, berlanjut dengan kejaran kapan nikah, berlanjut dengan kejaran kapan punya anak, berlanjut dengan kejaran kapan punya anak kedua, berlanjut kapan nikahin anak pertama, berlanjut aaaaaaargh...

Bener kan nggak ada habisnya kalau dengerin kata orang. Padahal itu masih satu pokok bahasan saja. Jodoh. Belum lagi jika si gadis ini menawarkan satu pilihan lagi disamping jodoh, yaitu cita-cita.



Yup. Menjadi perempuan yang nantinya menjadi ibu, rasanya penting sekali meng-upgrade ilmu setinggi-tingginya. Tawaran lanjut studi seperti ajakan liburan keliling dunia, tidak bisa ditolak dengan alasan apapun. Apalagi jika ada kesempatan lanjut studi di Luar Negeri dengan full beasiswa. Siapa sih yang nggak ngiler kalau ada kesempatan ini?

Tapi,, lagi-lagi kesempatan itu tak serta merta bisa diambil dengan langkah mulus. Banyak hal yang akan dihadapi seorang gadis dalam menyikapi hal ini. Usia yang semakin matang, tapi jodoh tak kunjung datang. Bukannya berjuang, malah ambil kesempatan untuk studi ke Jepang, hahaha...

Kali ini yang paling sedih adalah si Bapak, karena kewajiban beliau menikahkan anak gadisnya harus tertunda apabila anak gadis resmi ambil kesempatan lanjut studi. Nah, kalau si Ibu sih selalu mendukung apapun keputusan si anak gadis.

Ah, sudahlah. Ketemu next aja yaa, mungkin cuma bisa bilang kalau memang ada jodoh, nanti pasti akan bertemu dalam waktu dan situasi yang tepat menurut-Nya. Studi dan jodoh seharusnya bisa berjalan beriringan. Tentu saja, setiap keputusan ada konsekuensi yang harus ditanggung.

Life is really simple, but we insist on making it complicated - Confusius

Dian Nurmala Sari

Freelancer

Personal Blog Writer, Movie Holic, Novel Addict, Traveller, Day Dreamer, Chocolate Lover, and Simple Woman.